Sabtu, 20 November 2010

"LIPSING" DALAM PROGRAM MUSIK TELEVISI"

  Munculnya program musik di TV swasta yang meramaikan dinamika musik tanah air menjadi tontonan masyarakat yang ratingnya cukup tinggi. Karena sifatnya entertainmet, khalayak meresponnya dengan baik. Silih berganti band - band baru yang muncul di layar kaca dengan lagu barunya yang bertema itu - itu saja. Dan tentu dengan warna "musik sekarang". Program tersebut menjadi salah satu media promosi untuk band baru maupun lawas untuk mempromosikan lagunya. Promosinya bisa di bilang sukses karena masih bertahan dengan rating yang cukup bagus.
  Di balik meriahnya program tersebut ada sesuatu, yang bisa di bilang sebagai trend pertunjukan masa kini. Yaitu performa band yang di sajikan dengan format LIP SYNTH ("lipsing"). Tidak live music. Para personel band hanya "berpura - pura" memainkan alat musiknya masing - masing. Yang keluar hanya audio lagu band yang asli (audio hasil rekaman). Intinya sama saja mendengarkan mp3 atau audio CD, bedanya output televisi adalah audio visual. Dan kita hanya menonton artisnya yang sedang "berpura - pura" memainkan alat musiknya.

  Ada kata - kata plesetan di benak saya : "BOXing IN DERING semuanya LIPSING tapi MANTAB & DAHSYAT acaranya". Ini realita. Program musik INBOX, DERING, MANTAB, & DAHSYAT memang masih menyuguhkan format "lipsing" di setiap acaranya. Walaupun terkadang ada band dengan format penampilan minus one, live acoustic, bahkan live full band. Tapi jika di rata - ratakan semuanya "lipsing".
Melihat performa band yang "lipsing", terlalu kasar jika mengatakan bahwa itu adalah kebohongan publik. Tetapi dengan realita seperti ini, performa musisi jelas terbatasi, soul yang di hasilkan berbeda jika di bandingkan dengan "permainan sungguhan" (live).Dengan tidak ada maksud menyudutkan. "Lipsing" memang merugikan musisi.
"Lipsing memang gak haram. Tapi di lihat dari sudut pandang pemusik. Performa kita gak puas saat membawakan lagu di atas panggung" sepenggal tanggapan dari  Rengga Ramayuda mahasiswa FISS jurusan Seni Musik UNPAS Bandung yang juga salah satu personel Castavaria.
  Musisi akan bisa mendapatkan soul saat ia bermain dengan mendengarkan sound yang di hasilkan darinya. Baik itu sound gitar/bass yang di hasilkan dari jari pemain gitar/bass. Suara dentuman drum yang di hasilkan dari gebukan sang drumer. Alunan nada yang indah dari tuts keyboard sang kibordis. Dan suara merdu dari frontman sang vokalis. Tentunya musisi dapat meng-explore permainan mereka dan mengasah skill individu masing - masing dalam hal performa.
Awalnya mungkin pihak broadcast TV tidak mau mengambil resiko dengan menampilkan band - band baru secara langsung. Karena mereka (pihak broadcast) belum mengetahui kualitas band tersebut. Dan tidak "mau rumit" dengan segala sistem live di TV. Imbasnya "lipsing" menjadi populer dalam program musik.
Bisa jadi mengenai biaya produksi atau sederet argumentasi lainnya. Yang jelas "lipsing" telah menjadi fenomena yang menggelitik di balik keramaian industri musik tanah air. Banyak yang tidak menyukainya. Termasuk kalangan musisi itu sendiri.
  Tapi semuanya mempunyai peran penting masing - masing. Program musik sebagai media promosi membuat musisi mengikutinya. Dan di balik "lipsing"nya program musik TV, ini menjadi tontonan segar dan menghibur bagi masyarakat yang mempunyai peran untuk mengapresiasi karya musik tanah air. Itu salah satu sisi positifnya.
  Ya, begitulah "lipsing".................... :D

1 komentar: